๏ปฟMaka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (QS. Al-Ma'un: 4-5). Para ulama menerangkan bahwa yang dimaksud "lalai" dalam ayat di atas mencakup tiga bentuk perbuatan, yaitu: 1. Menunda-nunda shalat hingga baru dikerjakan ketika waktu shalat hampir berakhir. 2. 3 Doa seorang musafir. 4. Doa orang tua untuk anaknya, berupa doa baik atau doa buruk. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya): "Ada tiga doa yang mustajab, tanpa keraguan didalamnya: Doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua untuk anaknya" (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani). Imamal-Qurthubi berkata: "Dianjurkan bagi seorang pedagang (pengusaha) untuk tidak disibukkan/dilalaikan dengan perniagaan (usaha)nya dari menunaikan kewajiban-kewajibannya, maka ketika tiba waktu shalat fardhu hendaknya dia (segera) meninggalkan perniagaannya (untuk menunaikan shalat), agar dia termasuk ke dalam golongan orang-orang (yang ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู†ู’ ุตูŽู„ุงุชูู‡ูู…ู’ ุณูŽุงู‡ููˆู†ูŽ. " Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. " (QS. Al-Ma'un: 4-5). Para ulama menerangkan bahwa yang dimaksud "lalai" dalam ayat di atas mencakup tiga bentuk perbuatan, yaitu: 1. Menunda-nunda shalat WOL- Pada saat hari perhitungan amal kelak pada hari kiamat kelak, hal yang pertama kali bakal dihisab merupakan shalat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah yang satu ini. Di dalam Alquran, perintah yang paling tidak jarang Allah katakan merupakan perintah tentang shalat. Ada tidak sedikit ayat yang memerintahkan kita untuk rutin mendirikan shalat. Dalam [] Orangyang Lalai dari Shalatnya 4. Mereka yang Cari Muka dalam Ibadah. Jawaban diposting oleh: hey01. Perilaku umat manusia secara umum dalam pembahasan ilmu akhlak terbagi menjadi dua katagori. Katagori pertama adalah peilaku manusia yang baik atau disebut dengan akhlak mahmudah, contohnya seperti perilaku jujur dan perilaku amanah. Yakniorang yang dengan shalatnya tidak memberikan pengaruh kepada jiwanya untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang lain dengan sesuatu yang berguna. Dan kaum munafikin bersyukur karena tidak termasuk golongan orang yang melalaikan shalat. Dan satu-satunya golongan yang meratap penuh penyesalan adalah mereka yang lalai dalam 4YT4vH. JAKARTA - Sebagai fondasi agama, shalat menjadi ibadah terpenting di dalam Islam. Jangankan tidak melakukannya, melalaikannya pun men jadi sebuah pelanggaran. "Maka, celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya."QS al-Maun 4- 5.Dalam menafsirkan ini, Imam Ibnu Katsir menukil salah satu pendapat ulama generasi tabiin, yakni Atha ibnu Dinar. Dia memuji Allah SWT yang telah menyebut lalai dari shalat dan bukan lalai dalam shalat. Mereka lalai karena tidak menunaikannya pada awal waktu. Mereka menangguhkannya sampai akhir waktu terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan. Dalam menunaikan shalat, ada kalanya mereka tidak memenuhi rukun-rukun dan persyaratan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Kondisi lainnya, mereka melakukan shalat tidak me menuhi rukun-rukun dan persyaratan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Adakalanya juga mereka tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya. Menu rut Atha, pengertian lalai dalam ayat tersebut mencakup semua demikian, dia memberi catatan, orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat tersebut berarti dia mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh ayat ini. Barang siapa yang menyandang semua sifat tersebut, berarti telah sempurnalah bagiannya. Ja dilah dia seorang munafik dalam amal perbuatannya. Salah satu tujuan adanya perintah shalat, yakni untuk mengingat Allah SWT. "Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."QS Thaha 14. Imam Al Ghazali ber kata, lalai adalah lawan dari ingat. Karena itu, barang siapa lalai dalam seluruh shalatnya, tidaklah mungkin ia mendirikan shalat untuk mengingat-Nya. Di sisi lain, Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau termasuk dalam golongan orang-orang lalai." QS al-Araf 205.Ayat tersebut bermakna la rang an yang memiliki makna lahir sebagai pengharaman. Tak hanya cukup di situ, Allah SWT pun berkata, "Hingga kalian mengerti apa yang kalian katakan." QS an-Nisa 43. Keadaan ini menjadi sebab dilarangnya orang mabuk untuk shalat. Kondisi ini pun berlaku kepada orang-orang yang lalai serta orang yang pikirannya timbul dan tenggelam. Dia selalu waswas dalam shalatnya. Pikirannya dipengaruhi oleh dunia meski berada dalam rukuk dan dari itu, amat benar perkataan Rasulullah SAW, "Sesungguhnya shalat hanya kemantapan hati dan kerendahan diri." Nabi SAW juga membatasi sabdanya dengan alif dan lam serta dengan kata 'innama'. Maksudnya, menetapkan dan juga sabda Rasulullah SAW," Barang siapa shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, ia tidaklah bertambah dari Allah kecuali jauhnya." Menurut Imam Al Ghazali, shalatnya orang lalai itu tidak mencegah perbuatan keji dan heran jika Nabi SAW bersabda, "Betapa banyak orang yang melaksanakan shalat, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya selain kelelahan dan kepayahan. " Bukankah Nabi SAW juga bersabda, "Tidaklah seorang hamba mendapatkan sesuatu dari shalatnya selain apa yang disadari oleh akalnya."Enam ungkapan Al-Ghazali menghimpun sikap-sikap batin dalam enam ungkapan. Kehadiran hati, pemahaman makna, sikap mengagungkan, rasa takut, rasa harap, dan rasa malu. Kehadiran hati adalah kosongnya hati dari segala sesuatu selain dari apa yang dia kerjakan dan ucapkan. Jadi, ilmu tentang perbuatan dan perkataan selalu mengiringi keduanya. Pikiran pun tidak beredar selain kepada terhadap makna perkataan merupakan sesuatu yang berada di balik kehadiran hati, yaitu mengandungnya hati atas ilmu tentang makna lafal. Betapa banyak makna-makna halus yang dipahami oleh orang yang mengerjakan shalat mencegahnya dari perbuatan keji dan mengagungkan adalah sesuatu yang berada di balik ke hadiran hati dan pemahaman ser ta meningkatkan keduanya. Rasa takut meningkatkan sikap mengagungkan, yakni rasa takut yang ditumbuhkan oleh pengagungan dan pemuliaan. Rasa harap adalah hasrat untuk mendapat pahala dari Allah SWT. Penyeimbangnya adalah rasa takut terhadap siksaan dari Allah atas kelalaiannya dalam menjalankan syariat-Nya. Terakhir, rasa malu bermakna merasa diri berkekurangan dalam menjalan kan syariat dan merasa banyak apa penyebab hadir nya sikap batin ini? Al Ghazali melanjutkan, kehadiran hati disebabkan oleh perhatian. Ia tidak ha dir pada apa yang tidak kita perhatikan. Hati itu tercipta de mikian dan tunduk kepada hal ter sebut. Ketika dia tidak hadir dalam shalat, ia sedang beredar pada urusan-urusan dunia yang menarik disebabkan oleh pemusatan hati untuk memahami makna. Cara memperolehnya, yakni dengan pemusatan pikiran disertai dengan kesiagaan penuh untuk menghalau segala bisikan ketika shalat. Caranya, berlepas diri dari berbagai sebab yang memancing bisikan setan. Sikap mengagungkan disebabkan oleh dua keadaan hati. Pertama, pengenalan tentang ke muliaan dan keagungan Allah Azza wa Jalla. Kedua, pengenalan tentang kehinaan dan kerendah an diri serta kejadian diri sebagai hamba yang ditundukkan dan takut timbul dari keadaan jiwa yang lahir dari pengenalan terhadap kekuasaan Allah dan keberpengaruhan-Nya dan keterlaksanaan kehendak-Nya. Tanpa disertai dengan menyombongi-Nya. Adapun rasa harap lahir dari pengenalan tentang ke lembutan Allah, kemurahan-Nya, kemerataan pemberian-Nya, dan kecermatan ciptaan-Nya. Sementara itu, rasa malu muncul karena adanya perasaan kekurangan dalam beribadah dan mengetahui ketidakmampuan diri untuk me negakkan hak-hak Allah Azza wa Jalla. Wallahu 'alam. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini SHALAT merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Meninggalkannya akan membawa malapetaka bagi dirinya. Baik itu di dunia maupun di akhirat. Maka seorang muslim jangan berani-berani meninggalkan kewajiban yang satu ini. Sebab, apa yang dikatakan oleh Allah dan Rasul-Nya sudah pasti akan terjadi. BACA JUGA Menunggu Shalat Berikutnya Memang kini banyak orang yang melaksanakan shalat. Namun, tak sedikit pula orang lalai dalam menjalankan shalatnya. Banyak orang shalat yang hanya untuk menggugurkan kewajiban saja, tanpa melihat sisi baik lainnya dari mengerjakan shalat. Padahal Allah SWT telah berfirman, โ€œMaka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya,โ€ QS. Al-Maโ€™un 4-5. Lalu, siapakah mereka yang lalai dalam shalat itu? Al-Haafidz Ibnu Katsir rahimahullahu Allah SWT berkata, yang dimaksud orang-orang yang lalai dari shalatnya adalah 1. Orang tersebut menunda shalat dari awal waktunya sehingga selalu mengakhirkan sampai waktu yang terakhir. 2. Orang tersebut tidak melaksanakan rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. BACA JUGA Ketika Shalat adalah Hal yang Kamu Senangi 3. Orang tersebut tidak khusyuโ€™ dalam shalat dan tidak merenungi makna bacaan shalat. Dan siapa saja yang memiliki salah satu dari ketiga sifat tersebut maka termasuk bagian dari ayat tersebut yakni termasuk orang-orang yang lalai dalam shalatnya. [] Sumber 1001 Siksa Alam Kubur/Karya Ust. Asan Sani ar Rafif/Penerbit Kunci Iman Umat Islam melaksanakan salat Jumat di masjid Agung Al Markazul Islamic Center Lhokseumawe, Aceh, Jumat 3/4/2020. Meskipun Majelis Ulama Indonesia MUI sudah mengeluarkan fatwa tentang tidak wajib melaksanakan salat Jumat di masjid dan mengganti shalat Jumat dengan shalat Dzuhur di rumah karena dalam kondisi darurat untuk menghindari penyebaran virus corona COVID-19, sejumlah masjid di kota itu tetap melaksanakannya tanpa social distancing. fondasi agama, shalat menjadi ibadah terpenting di da lam Islam. Jangankan tidak melakukannya, melalaikannya pun menjadi sebuah pelanggaran. "Maka, celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya."QS al-Maun 4- 5. Dalam menafsirkan ini, Imam Ibnu Katsir menukil salah satu pendapat ulama generasi tabiin, yakni Atha ibnu Dinar. Dia memuji Allah SWT yang telah menyebut lalai dari shalat dan bukan lalai dalam shalat. Mereka lalai karena tidak menunaikannya pada awal waktu. Mereka menangguhkannya sampai akhir waktu terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan. Dalam menunaikan shalat, ada kalanya mereka tidak meme nuhi rukun-rukun dan persya rat an sesuai dengan apa yang diperintahkan. Kondisi lainnya, me reka melakukan shalat tidak me menuhi rukun-rukun dan persyaratan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Adakalanya juga mereka tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya. Menu rut Atha, pengertian lalai dalam ayat tersebut mencakup semua itu. Meski demikian, dia memberi catatan, orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat tersebut berarti dia mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh ayat ini. Barang siapa yang menyandang semua sifat tersebut, berarti telah sempurnalah bagiannya. Ja dilah dia seorang munafik dalam amal perbuatannya. Salah satu tujuan adanya perintah shalat, yakni untuk mengingat Allah SWT. "Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."QS Thaha 14. Imam Al Ghazali ber kata, lalai adalah lawan dari ingat. Karena itu, barang siapa lalai dalam seluruh shalatnya, tidaklah mungkin ia mendirikan shalat untuk mengingat-Nya. Di sisi lain, Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau termasuk dalam golongan orang-orang la lai." QS al-Araf 205.Ayat tersebut bermakna la rang an yang memiliki makna la hir sebagai pengharaman. Tak hanya cukup di situ, Allah SWT pun berkata, "Hingga kalian me ngerti apa yang kalian katakan." QS an-Nisa 43. Keadaan ini menjadi sebab dilarangnya orang mabuk untuk shalat. Kondisi ini pun berlaku kepada orang-orang yang lalai serta orang yang pikirannya timbul dan tenggelam. Dia selalu waswas dalam shalatnya. Pikirannya dipengaruhi oleh dunia meski berada dalam rukuk dan dari itu, amat benar per kataan Rasulullah SAW, "Se sungguhnya shalat hanya kemantapan hati dan kerendahan diri." Nabi SAW juga membatasi sabdanya sumber Dialog Jumat Shalat merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Akan tetapi, pada saat ini banyak sekali orang meninggalkan shalat dengan alasanya kesibukan duniawi. Padahal ada balasan yang sangat pedih bagi orang yang meninggalkannya. Ada beraneka ragam cara orang melaksanakan shalat. Mulai dari mereka yang bersungguh-sungguh, sampai dengan orang-orang lalai dalam mengerjakannya. Bahkan ada di antara mereka yang melaksanakan shalat karena terpaksa melaksanakan shalat karena terpaksa. Ternyata menurut Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi ternyata ada lima pembagian golongan orang yang yang melaksanakan shalat. Golongan tersebut berdasarkan kualitas iman dan takwa seorang muslim. Apa sajakah golongan tersebut? Berikut informasi selengkapnya 1. Golongan Orang yang Lalai dalam ShalatGolongan yang pertama adalah mereka yang lalai dalam shalatnya. Yakni mereka yang melaksanakan shalat akan tetapi tidak sempurna. Bentuknya, tutur Syeikh asal Damaskus ini, โ€œMereka tidak menyempurnakan wudhu, tidak memelihara waktu, dan tidak menyempurnakan rukun-rukun shalat.โ€ Orangyang termasuk di dalam golongan ini akan ditimpakan siksa oleh Allah SWT. 2. Golongan Orang yang Memelihara Shalat Namun Masih Terpengaruh Bisikan SyetanGolongan yang kedua ini lebih tinggi dibandingkan golongan yang pertama. Memilihara shalatnya seperti wudhu, waktu, dan rukun shalatnya, akan tetapi semua itu tidak memberikan arti apa-apa dalam shalatnya. Sebab ia dipengaruhi oleh gangguan-gangguan syetan sehingga ia melaksanakan shalat dengan gangguan dan pikiran tersebut. Keadaan mereka adalah, โ€œMemelihara hal-hal tersebut wudhu, waktu, dan rukun shalat, tetapi tidak berusaha memerangi bisikan setan di dalam shalat.โ€ 3. Golongan Orang yang Menjaga Waktu Shalat, Batasan, Rukun dan Menyempurnakan WudhuGolongan yang ketiga ditempati oleh mereka yang menjaga waktu shalat, batasan, rukun serta menyempurnakan wudhunya. Orang-orang yang termasuk ke dalam golongan ini akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Dalam mengerjakan shalat, mereka juga bersungguh-sungguh dalam memerangi setiap bisikan syetan yang hadir dalam shalatnya. 4. Golongan Orang yang Berhak Memperoleh PahalaGolongan selanjutnya ditempati oleh mereka yang benar-benar berkonsentrasi dalam menegakkan, menyempurnakan dan melengkapi shalat. Golongan ini menyerahkan seluruh hatinya hanya untuk shalat dan beribadah kepada Allah SWT. Mereka tidak hanya menyempurnakan wudhu, perhatian dan menjaga waktu shalat serta menyempurnakan semua rukun-rukunnya saja akan tetapi hati mereka juga sibuk mengingat Allah SWT. Untuk siapapun yang berhasil menempatkan diri mereka ke dalam golongan ini, ia akan mendapatkan pahala. Sesuai dengan tutur Syeikh Ibnu Muflih, โ€œOrang yang keempat ini berhak memperoleh pahala.โ€ 5. Golongan Orang yang diberi Penghargaan oleh Allah Golongan terakhir ditempati oleh sekumpulan orang yang terpilih. Golongan ini merupakan tingkatan tertinggi, Allah SWT memberikan penghargaan kepada mereka dengan di dekatkan kepada-Nya. Orang yang termasuk di dalam golongan ini tidak hanya menyempurnakan wudhu, menyempurnakan rukun-rukun shalat saja. Akan tetapi, hati mereka juga senantiasa sibuk dengan Allah Taโ€™ala dan mereka gembira karena-Nya. โ€œJika mereka berdiri untuk shalat,โ€ tutur Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi, โ€œmaka Allah Taโ€™ala berfirman, Angkatlah hijabnya.โ€™โ€ Lanjut beliau menutup penjelasan, โ€œDan jika mereka menoleh, Allah Taโ€™ala berfirman, Juntaikan hijabnya.โ€™โ€ Demikianlah informasi mengenai golongan orang-orang yang melaksanakan shalat. Hal ini membuktikan bahwa setiap mereka yang kedudukan orang yang shalat itu berbeda sesuai dengan kualitas iman dan ketakwaannya. Dalil Tentang Orang Yang Lalai Dalam Shalat SHALAT 5 waktu merupakan kewajiban bagi setiap dari itu, sudah selayaknya sebagai seorang muslim agar tidak meninggalkan kewajiban yang satu ini. Sebab, apa yang dikatakan oleh Allah dan Rasulnya sudah pasti akan terjadi. Banyak yang melaksanakan shalat. Namun, tak sedikit pula orang โ€œlalaiโ€ terhadap shalatnya. Banyak orang shalat yang hanya untuk menggugurkan kewajiban saja, tanpa melihat sisi baik lainnya dari mengerjakan shalat itu sendiri. Khusyuโ€™ dalam shalat juga mungkin tidak, karena hati dan pikiran dinomor 13 khan dari apa yang sedang dikerjakan. Tak ada kesan fresh tenang , sejuk , segar setelah mengerjakan shalat, bahkan makin melemas dan mungkin lupa sudah rekaat keberapa sehingga tak ada daya untuk bangkit semangat dari ruku dan sujudnya. Bacaan shalat terlalu cepat seolah dikejar anjing tanpa teringat apa yang dibacanya, padahal shalatpun belum selesai. Menggerutu dalam jamaah, dibarengi malas dalam menggerakkan badan untuk menggenapkan rukunnya shalat. Ketahuilah bahwa orang-orang yang seperti ini termasuk jenis orang yang melalaikan shalatnya. Sebagaimana firman Allah yang mengatakan ููŽูˆูŽูŠู’ู„ูŒ ู„ูู„ู’ู…ูุตูŽู„ู‘ููŠู†ูŽ โ€“ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู‡ูู…ู’ ุนูŽู†ู’ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ุณูŽุงู‡ููˆู†ูŽ " Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya ". QS. Al-Maaโ€™uun 4-5 Al-Haafidz Ibnu Katsir telah membahas perihal ini bahwa yang dimaksud orang Manusia yang lalai dari shalatnya adalah 1. Orang tersebut menunda shalat di awal waktu hingga ia selalu mengakhirkannya sampai waktu yang terakhir. 2. Orang tersebut tidak melaksanakan rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 3. Orang tersebut tidak khusyuโ€™ dalam shalat dan tidak merenungi makna bacaan kala ia shalat. Dan siapa saja yang memiliki salah satu dari ketiga sifat tersebut maka ia termasuk bagian dari ayat ini yakni termasuk orang yang lalai dalam shalatnya. Lalai yang diperturutkan, keengganan yang terus dilanjutkan bisa membuat menjadi lalai mutlak. Dengan kata lain meninggalkan sama sekali kegiatan shalat, bahkan dengan sadar atau sengaja naudzubillah. Walaupun didalam KTPnya berstatus sebagai orang Islam, maka Allah Swt sudah berikan garis yang amat jelas " Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat secara keseluruhan hukumnya kafir keluar dari Islam ", Sabda Rasulullah SAW ุงู„ู’ุนูŽู‡ู’ุฏู ุงู„ู‘ูŽุฐูู‰ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ููŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽุฑูŽูƒูŽู‡ูŽุง ููŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูŽููŽุฑูŽ " Perjanjian antara kami dan mereka orang kafir adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir ". HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasaโ€™i, Ibnu Majah Semoga Kita bukan termasuk orang yang celaka, dikarenakan melalaikan Shalat. " Allaahumma Mushorrifal Quluub, Shorrif Quluubanaa Alaa Thoโ€™atika " " Ya Allah, Dzat yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk selalu taat kepada-Mu." HR. Muslim Mari berdoa Doa Sabar serta Teguh Pendirian Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron wa Tsabbit Aqdaamanaa.. " Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami & teguhkanlah pendirian kami " 250. " Terimakasih semoga bermanfaat "

orang yang lalai dalam shalatnya termasuk golongan orang yang